Selasa, 20 Desember 2011

Teknik Budidaya Cacing Sutra

Bentuk tubuh cacing ini menyerupai rambut dengan panjang badan antara 1-3cm dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Cacing ini meiliki 57% protein dan 13% lemak dalam tubuhnya. Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah
campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur. Berikut teknik budidaya cacing sutra:

Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note: Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan
membawa bakteri patogen.
Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.
Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.
Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik

Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra
Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.
Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra.
Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur.
Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
Pipa air keluar atau pipa pengeluaran dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjang sekitar 15 cm.
Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya.
Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.
Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuai panjang pipa pembuangan.
Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.
Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruh permukaan kolam secara merata.
Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.

Panen
Cacing Bisa dipanen setelah 8-10 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar